Kamis, 27 Februari 2025

Ketentuan pakaian dinas untuk kantor pemerintah

Ketentuan pakaian dinas untuk kantor pemerintah biasanya diatur oleh masing-masing instansi atau lembaga. Namun, terdapat beberapa pedoman umum yang sering dijadikan acuan. Berikut adalah beberapa poin yang biasanya ada dalam ketentuan pakaian dinas di kantor pemerintah di Indonesia:

1. Jenis Pakaian Dinas:
  • Pakaian Dinas Harian: Pakaian yang dikenakan setiap hari kerja, biasanya berupa baju kemeja dan celana panjang bagi pria, serta blouse atau dress untuk wanita.
  • Pakaian Dinas Upacara: Pakaian yang dikenakan pada acara resmi atau upacara tertentu, biasanya lebih formal seperti jas atau kebaya.
  • Pakaian Dinas Khusus: Pakaian yang digunakan untuk kegiatan tertentu yang membutuhkan jenis pakaian tertentu, seperti pakaian olahraga atau pakaian kerja lapangan.

2. Warna dan Model:
  • Umumnya, ada ketentuan mengenai warna dan model pakaian yang diperbolehkan untuk meningkatkan identitas instansi. Misalnya, untuk pegawai negeri, warna tertentu yang melambangkan institusi bisa ditetapkan.

3. Kerapihan dan Kenyamanan:
  • Pakaian harus selalu dalam kondisi rapi dan bersih. Penggunaan sepatu resmi dan aksesori yang sesuai juga biasanya diatur.

4. Etika dan Kesopanan:
  • Pakaian dinas harus mencerminkan etika profesional dan kesopanan. Hindari pakaian yang terlalu mencolok atau tidak pantas.

5. Kebijakan Khusus:
  • Beberapa instansi mungkin memiliki kebijakan khusus terkait dengan pakaian dinas yang mengikuti tema tertentu, seperti Hari Senin mengenakan pakaian batik.

6. Pakaian Berbahan Ramah Lingkungan:
  • Beberapa pemerintah daerah dan instansi telah mulai mendorong penggunaan pakaian berbahan ramah lingkungan sebagai bagian dari program keberlanjutan.

Setiap instansi pemerintah dapat memiliki peraturan sendiri mengenai pakaian dinas, sehingga penting bagi pegawai untuk merujuk pada peraturan yang ditetapkan oleh tempat kerja mereka. Jika Anda adalah pegawai pemerintah atau calon pegawai, sebaiknya cara spesifik dan detail tentang pakaian dinas dapat diperoleh dari sumber resmi dalam instansi tersebut. 



 

TERLALU RESPECT ATAU MENGGURUI

Istilah "terlalu respect" atau "menggurui" sering kali merujuk pada dua sikap atau perilaku yang berbeda dalam interaksi sosial.


1. Terlalu Respect: Ini bisa berarti seseorang memberikan penghormatan atau sikap hormat yang berlebihan kepada orang lain. Meskipun menghormati orang lain adalah hal yang baik, jika dilakukan secara berlebihan, bisa membuat suasana menjadi kaku atau tidak nyaman. Dalam konteks tertentu, seperti dalam hubungan profesional atau pribadi, terlalu banyak menunjukkan rasa hormat bisa membuat orang lain merasa tertekan atau tidak setara.

2. Menggurui : Ini merujuk pada sikap seseorang yang cenderung mengajarkan atau memberi nasihat kepada orang lain dengan cara yang mungkin terasa menghakimi atau merendahkan. Seseorang yang menggurui mungkin tidak menyadari bagaimana cara penyampaiannya dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman atau inferior. 

Kedua perilaku ini bisa mempengaruhi dinamika suatu hubungan. Sebaiknya, dalam berinteraksi, kita mencoba menemukan keseimbangan yang sehat antara saling menghormati dan berkomunikasi dengan cara yang tidak menggurui. Simpanlah rasa hormat yang tulus, tetapi juga berusahalah untuk berdialog dengan cara yang setara dan saling menghargai.


 Catatan harian ini berdasarkan pengalaman penulis sendiri sebagai seorang ibu rumah tangga. Mengurus rumah tangga dan segala perlengkapannya memang tidak mudah. Kita dihadapkan pada sudut pandang dan sudut pandang yang berbeda dari orang-orang di sekitar kita. Bisa keluarga dekat kamu, kakak, adik, orang tua, mertua, keluarga  istri atau suami,  bahkan tetangga, teman kerja, teman kantor, teman sekolah/kuliah, dan lain-lain

Hidupku di Kehidupan Mereka Selama kita  hidup di lingkungan sosial, kita mempunyai pemahaman yang mendalam tentang kehidupan kita, rumah kita, bahkan urusan pribadi kita.

 Anda tidak bisa lepas dari penilaian dan reaksi orang lain Anda.

 Bukan hal yang aneh bagi mereka untuk sering mengomentari penampilan, sikap, proyeksi, dll.

 Bagi introvert seperti penulis, bisa jadi soal ekspektasi atau kebiasaan orang-orang di sekitar kita yang ingin menceritakan masalah pribadinya kepada orang lain, bahkan kepada teman kantor atau teman kampus. Introvert seharusnya merasa tidak nyaman dalam situasi seperti itu, bukan?


 Saat  masih lajang atau belum menikah, pertanyaan yang sering muncul: "Kapan saya akan menikah?

" Mengapa kamu tidak menikah?

 Apakah sudah punya pacar?

 Apakah kamu ingin bertemu?

 Tidak bisa mendaftar?

 Apakah Pria Tidak Tertarik Dekat Denganmu Karena Kamu Terlalu Cuek?

 Terlalu kuno?

 Bukankah Dia Cantik?

 dan pertanyaan-pertanyaan lain yang terkadang membuat mental kita tertekan, karena proses pengambilan keputusan kita mengikuti emosi dan suasana hati kita, sehingga mempengaruhi kinerja kita sebagai wanita karir, latar belakang akademis dan prestasi kita sebagai mahasiswa, dan lain-lain.

 Baca juga: Website ditinggalkan pengunjung, "kurang minat membaca" Pertanyaan apa lagi yang muncul setelah pernikahan?

 Misalnya: Mengapa tidak ada anak?

 Kenapa Kamu Tidak LDR Dengan Suamimu?

 Apakah kamu khawatir salah satu dari kalian selingkuh?

 Mengapa kamu masih tinggal bersama orang tua atau mertuamu?

 Mengapa kamu jarang sekali ke rumah orang tua atau mertuamu?

 KB gak pakai KB ya?

 Apakah suami/istri anda perokok?

 Mengapa kamu melihat istri/suamimu melakukan ini dan itu?

 Apa yang dilakukan suamimu?

 Dan berbagai pertanyaan yang menonjolkan mereka sungguh memberikan kesan sedang terjadi perang dingin dalam hubungan rumah tangga.

 Pertanyaan-pertanyaan tersebut tanpa disadari dapat menimbulkan kerugian psikologis bagi orang yang ditanya, apalagi jika  yang ditanya menanyakan pertanyaan tersebut dengan cara yang merendahkan atau kasar.

 Itu dia!

 Baca juga: Makan malam bersama di teras Tapi pertanyaan seperti itu tidak bisa kita kendalikan karena datangnya dari luar diri kita sendiri, dari orang lain.

 Yang bisa kita ciptakan adalah menerima dan membentuk emosi yang kita tunjukkan ketika pertanyaan-pertanyaan ini mulai menyebar ke dalam kehidupan pribadi kita.

 Baiklah, kita menangani emosi dalam segala persoalan karena segala bentuk penilaian atau pertanyaan adalah bentuk rasa hormat.

 Namun, tidak semua orang yang bertanya merupakan bentuk rasa hormat, melainkan bisa menjadi bahan lelucon atau bahan cerita konyol.

 .

 Aku akan mengatakannya lagi.

 Siapa yang mengatakannya, apa yang dikatakan, dan pengujian serta respons seperti apa yang dilakukan?

 Harap menjawab semua pertanyaan dengan benar.

 Jika hati Anda sedang sakit, cobalah menghindari rasa sakit tersebut dengan tersenyum atau mendengarkan alasan untuk beraktivitas dan sejenisnya.

 Cepat ambil air cucian, kembali bermeditasi dan lakukan tugas kita.

 #Salam ibu rumah tangga 


DAMKAR SERTA MASYARAKAT MENYELAMATKAN SAPI YANG TERPELESET DI SUMUR

Petugas Pemadam Kebakaran (DAMKAR) berhasil mengevakuasi seekor sapi milik warga yang terpeleset dan jatuh ke dalam sumur di desa itterung k...