Metode Penyelesaian Konflik
Beberapa metode penyelesaian konflik yang paling banyak digunakan adalah:
A. Dominasi dan Penekanan:
Dominasi dan Penekanan sebenarnya adalah hal yang sama, namun ada beberapa perbedaan dalam cara penggunaannya. Persamaannya adalah: Mereka menekan konflik daripada menyelesaikannya, karena konflik yang muncul akan didorong kembali "ke bawah".
Hal ini menciptakan situasi “menang-kalah” di mana pihak yang kalah dipaksa untuk tunduk kepada otoritas yang lebih tinggi atau pihak yang lebih berkuasa, yang biasanya menimbulkan ketidakpuasan dan permusuhan. Tekanan dan pengendalian dapat terjadi akibat 'paksaan'.
Artinya, jika penguasa berkata: “Jangan banyak bicara, saya pemimpin di sini dan Anda harus bertindak sesuai keinginan saya,” maka semua konflik “berakhir”. Penekanan yang ada menjelaskan tentang adanya kepemimpinan dari penguasa yang bersifat otoriter.
B. Smoothing
Smoothing adalah suatu metode penyelesaian perselisihan antar subsektor dan sektor dengan kepemimpinan yang terkoordinasi. Pisahkan subsektor yang menimbulkan konflik – orang-orang yang hadir mempunyai kedudukan yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan pekerjaan yang sama, memastikan konflik yang ada tidak melibatkan pergantian posisi atasan dan bawahan, sehingga mereka yang berada di puncak. Adanya penjelasan menyangkut tentang tidak bolehnya meremehkan antar anggota dalam organisasi ataupun dari organisasi dengan organisasi lainnya. Jangan remehkan mereka yang berada di posisi bawah yang memperbolehkan Anda bersuara, begitu pula sebaliknya.
C.Leveling
LEVELING adalah metode penyelesaian konflik yang lebih diplomatis, di mana seorang manajer meremehkan tingkat dan signifikansi suatu perselisihan dan membujuk salah satu pihak untuk "mengalah". Cara ini bisa efektif jika pengelola memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak yang berselisih dan memberikan penawaran yang dapat diterima. Oleh karena itu, pemimpin tidak bisa memihak dan harus menjadi penengah bagi pihak-pihak yang berkonflik.
metode penyelesaian secara leveling ini sangat digemari dan sering dilakukan oleh beberapa organisasi, walaupun disatu sisi akan menimbulkan efek tidak jerah dan kegiatan tidak pesimis dan sifat mengalah sebelum berperang. Sebagaimana yang terjadi bahwa ketika ada konflik yang terjadi selalu mengalah, maka kita bisa diremehkan oleh orang lain. Ini akan berefek pada kehidupan dimasa yang akan datang.
D. Penghindaran:
Kelompok yang berselisih berkonsultasi dengan manajer untuk mengambil keputusan mengenai masalah yang dihadapi, namun manajer tidak memiliki sikap tertentu, sehingga tidak ada pihak yang senang dengan situasi tersebut.
Salah satu cara untuk menghindari hal ini adalah dengan berpura-pura tidak tahu. Hal ini sama saja dengan menunda atau menunda penyelesaian perselisihan yang ada. menghindar dari segala permasalahan yang ada akan membuat suatu hal menjadi tidak maju atau senantiasa stagnan pada tempat tertentu.
E. Aturan Mayoritas
Upaya untuk menyelesaikan konflik dengan suara mayoritas dapat menjadi metode yang efektif jika anggota kelompok yang ada yakin bahwa metode tersebut dapat dilakukan. Namun ketika kelompok tertentu yang memperoleh suara terbanyak selalu menang, maka pihak yang selalu kalah merasa tidak puas dan tidak berdaya.
Aturan Mayoritas yang terjadi lahir dan menjadi suatu kebiasaan dan aturan secara tidak tertulis akan lahir menjadi budaya kantor atau budaya dalam berorganisasi. olehnya itu, belajar dari pengalaman menjadi suatu hal yang menjadi aturan mayoritas organisasi.
F. Kompromi
Melalui perilaku kompromi, manajer berupaya menyelesaikan konflik dengan meyakinkan masing-masing pihak yang bernegosiasi bahwa tujuan tertentu harus dikorbankan untuk mencapai tujuan lainnya.
Dari sudut pandang, kompromi adalah metode penyelesaian konflik yang lemah karena biasanya tidak menghasilkan solusi terbaik yang dapat membantu organisasi tersebut mencapai tujuannya. Bentuk-bentuk kompromi antara lain: Pemisahan: Pihak-pihak yang bersengketa dipisahkan hingga mencapai kesepakatan.
G. Arbitrase
Suatu cara dimana para pihak yang bersengketa menerima keputusan pihak ketiga. Biasanya diwakili oleh seorang administrator. Penyelesaian karena perubahan: Ini menggunakan peristiwa acak tertentu, seperti lemparan koin, untuk menentukan hasilnya. Ketergantungan pada aturan: Metode berdasarkan buku/aturan yang berlaku.
H. Suap
Ketika pihak tertentu menerima imbalan tertentu sebagai imbalan untuk mengakhiri perselisihan yang sedang berlangsung.
Pemecahan Masalah Terpadu Konflik dalam kelompok dipindahkan ke situasi pemecahan masalah bersama di mana konflik tersebut dapat diselesaikan melalui penerapan teknik pemecahan masalah, di mana pihak yang berselisih berusaha untuk bersama-sama menyelesaikan masalah yang timbul di antara mereka.
Ada tiga jenis penyelesaian sengketa diantaranya integratif: Konsensus: Pihak-pihak yang berkonflik berkumpul untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang dihadapi. Mereka tidak berusaha meraih kemenangan untuk pihak mereka serta Konflik: Pihak-pihak yang berkonflik mengungkapkan pandangannya secara langsung kepada pihak lain.