Bugis sangat kental akan budaya. Budaya yang ada bersifat “Madiwa” merupakan tradisi masyarakat Bugis. Masyarakat Bugis terkenal dengan beragam adat istiadatnya yang senantiasa melekat dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bugis dimulai dari proses kelahiran sampai kepada kematian, dipenuhi dengan adt sitiadat. adata istiadat yang ada berupa adata tulisan, budaya, pakaian, kegiatan lainnya.
Kekayaan budaya yang ada dan diwariskan oleh nenek moyang kita akan selalu dijaga oleh keturunan kita. Tradisi Bugis sangat kaya, mulai dari bahasa, budaya, adat istiadat, pakaian, hingga makanan tradisional.Adat istiadat tersebut muncul dari adat istiadat nenek moyang terdahulu yang masih berdasarkan dan diadaptasi dari agama masa kini.
![]() |
Sumber ilustrasi: Hiduplah dengan Agama |
Adat istiadat yang ada sebanyak beberapa antara lain adat atau acara pengukuhan Menre RI Bola, acara Mapatch atau malam pembacaan dan penyucian jiwa calon pengantin, serta adat istiadat lainnya.
Adat Bugis dalam menyambut kelahiran atau kedatangan cucu pertama pada masyarakat Bugis juga biasa dilakukan oleh orang-orang keturunan raja-raja terdahulu yang menyebutnya Andi atau Daeng..
Salah satu adat istiadat dalam merayakan kelahiran cucu adalah acara yang disebut “Madiwa”. Kata “Madiwa” berasal dari bahasa Bugis yang berarti “membawa”. Di pangkuanku ada bayi yang baru lahir. Acara adat ini dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
Bayi yang lahir dari keturunan Andy atau Daeng ditaruh di pangkuan nenek, orang tua, paman, bibi, dan kakak-kakaknya yang sudah terbiasa menggendong bayi baru lahir di pangkuannya. Hal ini dikarenakan struktur tubuh bayi yang masih sangat lemah sehingga menggendong dan menggendong bayi memerlukan kesabaran dan keterampilan.
berikut tata cara ADAT MADDIWA, yaitu:
- Sejak dokter membersihkan pusar hingga hari ketiga kehidupannya, bayi diletakkan di pangkuan merek bayi, pangkuan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
- Jangan letakkan bayi pangkuan langsung di atas lantai atau kasur tanpa ada yang memegangnya. Hal ini menjadi dasar bahwa anak tidak boleh lepas dari pengasuhan orang-orang terdekatnya.
- Anak dalam gendongan. Gendongan bayi bekerja secara shift hingga 24 jam. Artinya, orang yang menggendong bayi diperbolehkan tidur bergantian dan tidak tidur karena takut terjadi sesuatu pada bayinya.
- Rasa hormat dan pencarian kebahagiaan dalam menyambut keturunan masyarakat Bugis sungguh memperkaya.
Hikmah yang dapat dipetik dari adat "Madiwa" ini adalah :
- Bentuk kebahagiaan dan rasa syukur kepada keluarga sang buah hati.
- Karena bayi selalu dalam pengasuhan orang tua atau orang dewasa, berbagai aktivitas yang dapat membahayakan bayi dapat disimulasikan.
- Bayi yang baru lahir menjadi pusat perhatian keluarga. Bayi yang lahir tersebut akan dirawat dan dirawat oleh orang tua yang berpengalaman membesarkan bayi.
- Ternyata nenek moyang kita memberi contoh yang baik dalam menggendong bayi.
- Karena perhatian orang tua terhadap bayinya sangat penting.
- Hal ini juga membantu ibu yang melahirkan untuk merasa tidak sendiri, tapi penuh dukungan dari orang-orang, karena merekalah orang terdekat.
- Terima kasih orang tua Sesuai dengan contoh yang diberikan kepadanya, maka ibu setelah melahirkan dapat memperoleh kembali kesehatannya dan, setelah menjadi sehat, ia dapat merawat anaknya dengan baik di kemudian hari.
Adat istiadat nenek moyang dalam segala bentuknya menawarkan banyak sekali manfaat dan hikmah jika kita dapat mengambil pelajaran darinya. Dari adat istiadat Maddiwa ini menjadikan bugis adalah suku yang sangat memperhatikan berbagai hal, percayakan berbagai hal dengan penuh kehati-hatian dan cermat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar